POLA-POLA PEMBELAJARAN
ANAK AUTIS
A.
Pendahuluan
Dalam system pembelajaran anak-anak
autis berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Keistimewaan yang dimiliki anak
autis menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan para pendidik untuk tetap
mendidik anak autis dengan pengetahuan yang sama, namun dengan pola
pembelajaran yang unik. Bisa dilihat fenomena yang terjadi masih banyak anak
autis yang dianggap mimpi buruk bagi keluarganya ini justru sering diabaikan
bahkan dikurung didalam ruangan khusus. Bahkan beberapa anak autis memiliki
prestasi yang luar biasa. Itu menunjukkan bahwa anak autispun sama seperti anak
normal lainnya, hanya perlu pendekatan yang khusus. Oleh karena itu perlu
pembelajaran khusus untuk anak autis, guna memaksimalkan kemampuan yang sebenarnya
dimiliki oleh anak autis.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan?
2. Apa saja Model-model pembelajaran,
3. Apa saja Metode pembelajaran?
4. Apa model dan metode yang cocok untuk
anak autis?
C.
Pembahasan
1. Pengertian pendidikan
Berikut
ini beberapa pengertian pendidikan:
a. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa
pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan bati, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak.
b. GBHN Tahun 1973 menyatakan, bahwa
pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kpribadian
dan kemampuan peserta didik didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
c. UUSP No.2 Tahun 1989 menyatan, bahwa
pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau/ pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan
datang.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas maka pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang
dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi
peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan.
2. Model-model pembelajaran
Beberapa
model pembelajaran:
a. Model Reasoning
and Problem Solving
Reasoning merupakan
bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic
thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic
thinking adalah kemampuan memahami konsep.
Problem adalah
suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah
upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi
tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996).
Jadi aktivitas problem solving diawali
dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai
dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui
kemampuan reasoning.
Model reasoning and problem
solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran (Krulik &
Rudnick, 1996), yaitu: (1) membaca dan berpikir, (2) mengeksplorasi dan
merencanakan, (3) menseleksi strategi, (4) menemukan jawaban, (5) refleksi dan
perluasan.
b. Model Inquiry
Training
Terdapat tiga prinsip kunci, yaitu
pengetahuan bersifat tentatif,manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah,
dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama
menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua
mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga
kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry training memiliki
lima langkah pembelajaran (Joyce & Weil, 1980), yaitu: (1)
menghadapkan masalah, (2) menemukan masalah, (3) mengkaji data dan
eksperimentasi, (4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan
(5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih
efektif.
c. Model Problem-Based
Instruction
Problem-based
instruction adalah model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam memperoleh informasi dan
pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah.
Model problem-based instruction memiliki
lima langkah pembelajaran, yaitu: (1) guru mendefisikan atau mempresentasikan
masalah atau isu yang berkaitan, (2) guru membantu siswa mengklarifikasi
masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi, (3) guru membantu
siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan
dilaporkan, (4) pengorganisasian laporan, dan (5) presentasi.
d.
Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Agar terjadi proses perubahan
konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi
yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran. Ini berarti bahwa mengajar bukan
melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan memediasi agar terjadi
proses negosiasi makna menuju pada proses perubahan konseptual.
Model pembelajaran perubahan
konseptual memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu: (1) Sajian masalah
konseptual dan kontekstual, (2) konfrontasi miskonsepsi terkait dengan
masalah-masalah tersebut, (3) konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi
demonstrasi, analogi, atau contoh-contoh tandingan, (4) konfrontasi pembuktian
konsep dan prinsip secara ilmiah, (5) konfrontasi materi dan contoh-contoh
kontekstual, (6) konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman
dan penerapan pengetahuan secara bermakna.
e.
Model Group Investigation
Ide
model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus
memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy
and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep
pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi
sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Model
group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995),
yaitu: (1) grouping, (2) planning, (3) investigation, (4) organizing,
(5) presenting, dan (6) evaluating.
3. Metode pembelajaran
a. Ceramah
Ceramah
yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan
peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta.
Media
pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang
ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD,
tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
b. Diskusi Umum (Diskusi Kelas)
Metode
ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman
diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil
diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah
pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.
c. Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode
curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan,
pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta..
Tujuan
curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman
semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta
informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan untuk menjadi pembelajaran
bersama.
d. Diskusi Kelompok
Diskusi
kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua
orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Tujuan
penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan
atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi
kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang
digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari
diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
e. Bermain Peran (Role-Play)
Bermain
peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan yang ada
dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan,
yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian terhadap. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran.
f. Simulasi
Metode
simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode
ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar
karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang
sesungguhnya. Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti
benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).
g. Sandiwara
Penggunaan
metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).
Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema
(topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan
begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan
secara seimbang.
h. Demonstrasi
Demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara
menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Tujuan
demonstrasi: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan
demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah
proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta
sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung
setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
i.
Praktek
Lapangan
Metode
praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yangdiperolehnya. Kegiatan
ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di
masyarakat.
j.
Permainan
(Games)
Karakteristik
permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta
serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana
belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi
riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara
efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit
atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari prosesbelajar,
bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
4. Model dan metode yang cocok untuk anak
autis
Ada Beberapa Pendekatan Pembelajaran Anak Autistik Antara Lain:
a. Discrete Tial Training
(DTT): Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan
pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau
yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan
stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik,
guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk
dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”.
b. Intervensi LEAP (Learning
Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan
stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan
sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui
pengamatan perilaku orang lain.
c. Floor Time merupakan
teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak
dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan
perilaku anak.
d. TEACCH (Treatment and
Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps) merupakan
pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk
pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik
oleh anak maupun orangtua.
D.
Penutup
Demikianlah makalah ini saya buat dengan
sebaik-baiknya pasti ada kekurangannya, bimbingan dari dosen sangat saya
harapkan.
E.
Daftar Isi
Munib, Ahmad
dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar